Oleh: Hj.Jawawi Hj.Ahmad
(HJR).
Bismillahir rahman nirahim
pembuka kata pembuka gerak
pembuka segala kunci
pembuka segala rezeki
gerak ke kiri gerak ke kanan
gerak ke depan gerak ke
belakang
gerak Melayu, gerak pendekar
gerak pendekar, gerak penawar
gerak di dalam gerak
gerak di dalam, gerak di luar
gerak bunga,gerak nadi,gerak
tari
gerak segala gerak,gerak
penjaga gerak
gerak siang, gerak malam
gerak malam ke siang, gerak
siang ke malam
terlindung terikat, terkunci
dalam kunci.
Sebagai sebuah bangsa
serumpun, dan sebagai tanda setiakawan persaudaraan dan berjiran, apatah lagi
kita adalah berasal dari rumpun yang sama, maka ada baiknya saya melihat
sekilas pandang mengenai kata-kata yang digunakan dalam merantang tutur budaya
ilmu yang saya rasa sesuatu yang juga perlu diketengahkan kepada generasi baru
yang tidak mengetahui bahawa suatu ketika dulu seperti ilmu pengasih, ilmu
pemugai dan seumpamanya adalah sebagai senjata lidah dan tutur budaya sebilangan
masyarakat kita untuk mendapatkan sesuatu yang mereka hajati.
Dalam masyarakat Melayu,
tutur budaya adalah merupakan satu bidang kesenian, manakala kesenian itu pula
adalah sebahagian daripada kebudayaan. Maka melalui tutur budaya inilah akan terpancar
gambaran keadaan atau corak kebudayaan Melayu. Maksudnya daripada tutur budaya
itu, kita dapat melihat cara hidup, fikiran, sikap dan peradapan bangsa Melayu.
Dalam masyarakat Melayu tradisional, tutur budaya sering digambarkan melalui
dalam bentuk puisi, seperti pantun, syair, seloka, gurindam, mantera dan sajak.
Kerana sikap bangsa Melayu yang begitu sensitif terhadap apa yang ada di
sekeliling mereka terutama peristiwa yang boleh memberikan kesan yang kuat
dalam diri mereka, lalu mereka gambarkan melalui peciptaan dalam kesusasteraan
sama ada cara prosa atau puisi.
Dalam beberapa bentuk genere
sastera tradisional ini, mantera adalah salah satu daripada yang berfungsi
untuk mempengaruhi masyarakat yang ada, kerana mantera yang sering wujud dalam perasaan
dan praksangka masyarakat itu sendiri. Mantera mengikut pandangan orang tua-tua
dahulu adalah merupakan satu cara kehidupan untuk kepentingan diri sendiri demi
untuk mencapai hasrat untuk memiliki, disukai dan adakalanya untuk
perkara-perkara yang tidak diingini. Mantera mengikut kamus Bahasa Melayu
Nusantara bermakna: kata-kata atau ayat yang apabila diucapkan dapat
mendatangkan atau menimbulkan kuasa ghaib. Dan memberi makna susunan kata
berunsur puisi (seperti rima dan irama) yang dianggap mengandungi kekuatan
ghaib, biasanya diucapkan oleh dukun atau pawang untuk menandingi kekuatan
ghaib yang lain. Maka dengan adanya tutur budaya yang serupa di antara
masyarakat di nusantara ini, akan terserlahlah lagi perpaduan dalam menyatukan
bangsa yang ada di muka bumi ini khususnya di Alam Melayu dan Nusantara. Dalam
konteks ini tidaklah ada nanti yang akan mendabik dada bahawa mereka adalah
besar dan lebih daripada bangsa yang lainnya.
Walau bagaimanapun,
komunikasi yang meluas dalam masyarakat global yang ingin nemproses dunia
menjadi lebih kecil pasti mendatangkan akibat lain. Sebabnya apabila kita ingin
untuk menjadikan globalisasi itu sesuatu yang menyangkut dalam kehidupan kita,
maka tidaklah ada nanti kelompok manusia yang memencilkan dirinya. Kerana dalam
kehidupan negara yang berbilang kaum ini, setiap individu hendaklah yakin
betapa mustahaknya mereka memiliki sesuatu yang bersifat kebangsaan untuk
dijadikan sebagai teras pembangunan negara bangsa dan mereka hendaklah juga
menjiwai bersama adat mejoriti bangsa yang ada berlandaskan keharmonian dan
kesetiaan.
Untuk menjadikan masyarakat
global ke arah yang lebih terarah kehidupannya, maka kita sebagai sebuah
bangsa, tidak kira bangsa Brunei, Malaysia atau Indonesia harus bangkit
memajukan diri kita iaitu memperbaiki dan mengisi ketertinggalan kita, kita
mesti bergerak mempertahankan tutur budaya kita dengan derap langkah yang
nyata, supaya kita dapat bertahan sebagai sebuah negara bangsa yang dipandang
dan dihormati di arena antarabangsa.
Sebagai masyarakat yang hidup
dalam dunia Melayu, kita tidak dapat melarikan diri daripada budaya hidup
dikandung adat dan mati dikandung tanah. Tutur budaya dalam masyarakat kita
mempunyai fungsi yang besar dalam kehidupan kita sehari-hari, melalui tutur
budaya yang kita
warisi ini juga boleh
membantu kita mengwujudkan pendidikan moral yang tinggi di samping mengawal
kebudayaan bangsa.
Dalam konteks puitisnya tutur
budaya kita ini, ia adalah merupakan ilmu yang berkaitan dengan ilmu dalam
diri, walaupun adakalanya kita tidak tahu makna perkataan yang dirantang, namun
ia tetap merupakan sesuatu yang praktikal dalam rantangan ilmu tersebut,
seperti ilmu pengasih, pemugai, mengukur senjata, menimbulkan buaya, memakai
songkok dan seumpamanya, adalah sesuatu yang amat menarik untuk diketahui
sebagai pengetahuan cara kehidupan sebilangan masyarakat Melayu zaman dahulu
yang mengamalkan ilmu seumpama ini, malah mungkin ada yang mengamalkan sehingga
sekarang. Ilmu seumpama ini sering juga menyebut nama Allah, atau di akhir kata-kata
menyebut berkat lailahaillallah, Muhammad
rasulullah.
Dalam Surah Ali’imran, ayat
14, juz 3, adalah ayat untuk kita mencari jodoh. Caranya ialah dengan cara
membaca ayat ini: Zuyyina linnaasi hubbusy syahawaati minan nisaa-i wal baniina
wal qanaathiiril muqantharati minadzdzahabi walfidh-dhati wal khailil musawwamati
wal an ’aami wal hartsi dzaalika mataa‘ul hayaatid dunyaa wal laahu ‘indahuu
husnul ma-aab. Maknanya: (Dijadikan
terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa
perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas
dan perak, kuda pilihan, hewan ternakan dan sawah ladang. Itulah kesenangan
hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik).
Selesai membaca ayat ini, tiupkan
ke tapak tangan tiga kali, sambil membayangkan wajah orang yang dihajati,
kemudian sapukan ke muka, insya-Allah, dengan izin Allah dan atas keyakinan
kita, orang tersebut akan merindui kita. Wallahu’alam.
Di bawah ini diperturunkan
serba sedikit mantera tutur budaya kita sekadar contoh untuk diketahui bersama:
ILMU MIMPI:
Rusa rusi,
zat Allah ta’ala
bukan aku mengerakkan
cupak gading jana
nama istanamu
eh! rohani jangan engkau
bersanang fikir
aku tau asal mulamu jadi
(si anu binti/bin si anu)
mani setitik darah sekumpal
sewujud dengan dikau
--------
--------
--------
terbuka pintu ketujuh.
MEMAKAI SONGKOK:
Hai! nur kasihku
nur cahaya Muammad
dipandang segalanya manis
manis madu selautan
manis lagi paras wajahku
gagah harimau di hutan
gagah lagi tubuh badanku
berkat lailahaillah
Muhammad rasullah.
PENGASIH:
Ya...rohmu
yang sidi yang sakti
mulih kadiaku
asalmu aku
aku tahu asal mulamu
berasal tanah sekumpal
setitik air basah rohmu
bergerak jangan bepaluh
jangan
minta-minta hatimu
(si anu anak si anu)
rindu dendam pada wajahku
berkat...
PIKASIH SEKAMPUNG:
Kutiupkan pikasih sekampung
kusandang bunga si rawa-rawa
bila ditilik hati biskita
kasih
bila ditantang tertawa-tawa
berkat sibur kasih
menikam sakti di hujung lidah
berkat aku memakai pikasih
sekampung
semua tunduk kasih sayang
padaku
berkat...
MENGUKUR SENJATA:
Berajung
berkapal
bersampan
inda bertali
berbaju
bertampal
inda makan sekali-kali.
MEMINDAH HUJAN:
Di sini kepala kerapu
di sana kepala beruang
di sini bagai di sapu
di sana bagai di tuang.
MELEMBUTKAN HATI ORANG:
Hei, maktar...diam!
terlatak engkau di dalam alam
nak’furah.
(tiupkan ke muka orang yang
marah,
eloknya di bawah angin).
CAHAYA MUKA:
Bismillahir rahmanir rahim
hidupku hidup Allah
jasadku jasad Muhammad
rupaku cahaya
kulitku birahi
berkat...
KELAMBU TIDUR/SELIMUT TIDUR
Bismillahir rahmanir rahim
ya raabi, ya tuhanku
ya saidi, ya maulai
lindungi hamba-Mu, lepaskan
daripada bala-Mu
tolakkan daripada bahaya-Mu,
dengan syafaat rasullah,
kun kata Allah, payakun kata
Muhammad, rabikun kata zabaril,
panabillah, halifullah,
hayakun, payakun,azaraha, majaruhu,
munifihi mahkota balan,
aiwallan, innallah na’ala kulissaheeinkadir,
tawakallazi layamut.
kuserahkan diriku kepada
tuhanku yang hidup tiada mati,
untung baik daripada Allah,
untung jahat daripada Allah,
kata Allah mati, kata
Muhammad tiada mati sekali-kali dengan izin Allah ta’ala,
memutukan sekalian sator,
patah padang tiada dapat dipijar, patah besi dapat dipijar, insya-Allah ta’ala.
salasah, selisih, salamun, kaulan, mirrabbihim,
hak kata Adam, hak kata
Muhammad, hak kata Allah, Jallilullah, Jamillullah,
dikata mati tiada mati,
barang yang bernyawa tiada berhawa kepadaku,
hanya yang lebih nyawa Allah
ta’ala menjadikan sekalian alam.
Berkat laillahaillallah,
berkat Muhammad rasullah.
KATA MUSA:
(waktu kedatangan
kepumpungan)
Bismillahir rahmanir rahim.
Musakallamullah kupandang
pintu langit, Kun terbuka aku tiada dilawan sekalian bernyawa, berkatku memakai
kata nyawa, kayu dan batu serta dengan hukum Allah. SUNYI...ALLAH.
BALIK SUMPAH:
Summunbukmun Aumyumpahum
LAYARGIUN
Summunbukmun Aumyumpahum
LAYAKLAMUN
SummunbukmunAumyumpahum LAYUPBASSIRUN
Summunbukmun Aumyumpahum
LAYAKKILLUN
Summunbukmun Aumyumpahum LAYATAKALAMUN
______________________
______________________
______________________
terbang ke laut patah
pinggangmu,
terbang ke darat patah
kakimu,
LANGGAH ke atas mutah darah,
kau tunduk mutah nanah
tabalak, tabalik
jika iblis tabalak kepada
iblis
jika syaitan tabalak kepada
syaitan
jika hantu tabalak kepada
hantu
jika manusia tabalak ke manusia,
tabalak ke manusia.
__________________________
___________________________
___________________________
___________________________
___________________________
Demikianlah betapa puitisnya
tutur budaya yang digunakan oleh masyarakat kita dalam merantang ilmu yang
dimiliki, walaupun pendidikan mereka hanya berguru dengan alam dan pergaulan
kehidupan seharian, tetapi keyakinan dalam diri atas usaha yang mereka buat
menjadikan segalanya jadi suatu kenyataan dan realiti dalam kehidupan. Tidak
juga kita nafikan, kesan pendidikan daripada kitab suci al-Quran, menjadikan
masyarakat kita suatu ketika dulu memperolehi ilmu melalui makna yang
ditafsirkan oleh para mualim dan pendakwah. Tercetusnya kata-kata mantera
tersebut ialah kerana keadaan kehidupan masyarakat kita zaman tersebut
merupakan masyarakat yang kuat dengan adat susila, pemalu, suka berkias ibarat,
tidak berani berterus terang dan seumpamanya. Walau bagaimanapun peranan bomoh
di zaman itu adalah merupakan kunci utama kepercayaan masyarakat untuk menerima
rawatan dan perubatan, rata-rata bomoh ini memperolehi ilmu tersebut melalui
mimpi yang diturunkan kepada mereka, selain ilmu yang diwarisi turun-temurun.
Kesimpulannya, sebagai sebuah
negara bangsa Melayu yang berasal dari satu rumpun yang sama di Alam Melayu
ini, kita tidak dapat nafikan bahawa angin perubahan lambat laun akan bertiup
juga dalam kita menghadapi kehidupan dunia tanpa sempadan ini, khususnya
kehidupan generasi muda di zaman serba mencabar ini. Tetapi kita tetap berkeyakinan
bersama iaitu sebagai bangsa Melayu yang dibesarkan oleh adat istiadat Melayu
dan tutur budaya bangsa dan bahasa Melayu, tetap akan sama berwaspada dan
bertanggungjawab untuk mempertahankan peribadi bangsa dan jati bangsa kita yang
tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran agama Islam yang maha suci.
Betapapun besarnya dosa anak
Melayu itu jangan dibunuh, kecuali jika ia derhaka. Kerana bumi dan tanah ini
adalah dirinya, yang lahir dan mati di atasnya
RUJUKAN:
Haji Jawawi Haji Ahmad,
Keindahan dan Keunikan ‘Bahasa Beradat’ Sebagai Khazanah Sastera di Brunei
Darussalam: Sepintas Lalu, Kertas Kerja Seminar Kesusasteraan Brunei anjuran
ASTERAWANI dengan kerjasama Pusat Kajian Brunei, Universiti Sumatera Utara,
Medan, Indonesia, 26-28 Sept. 2001.
_____________________Kumpulan
Kertas Kerja ‘ Ragam Bicara ’ terbitan Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei
Darussalam.
Pehin Siraja Khatib Dato
Paduka Seri Setia Ustaz Awang Haji Yahya bin Haji Ibrahim, ‘ Menghadapi Kurun
Kedua Puluh Satu’ Tinggal Landas Ke Abad 21, DBP Brunei, 1994.
Dr. Haji Hashim bin Haji Abd.
Hamid, ‘ Kebudayaan Brunei: Antara Identiti dan Pembinaan Bangsa’, Cerocok
Budaya Brunei, Akademi Pengajian Brunei, Universiti Brunei Darussalam, 1999.
Dr. Haji Hashim bin Haji Abd.
Hamid, Sastera Tradisional Brunei, Buku Riak Sastera Darussalam, 1994.
Asmira Suhadis, Muka Buku
(FB).
Perbualan Lisan dengan Yang
Mulia Haji Kamaluddin bin Haji Momin, Perumahan Negara Kampong Lambak Kanan,
Berakas, Brunei Darussalam.
Perbualan Lisan dengan Yang
Mulia Haji Bagol bin Haji Momin, Jalan Gadong, Brunei Darussalam.
Perbualan Lisan dengan
Allahyarham Pak Rivai, Pontianak, Indonesia.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan